A. Latar Belakang Angkatan Pujangga Baru
Indonesia masih dijajah oleh Belanda, sekitar tahun
1919-an Belanda menciptakan politik etis atau politik balas budi yang merupakan
kebijakan dari Belanda karena merupakan adanya imbangan tanam paksa. Politik
etis dilakukan dengan cara menyediakan anggaran untuk mendirikan
sekolah-sekolah golongan kaum Bumi Putra, yaitu golongan para priyayi.
Menurut
Siregar (1946: 46), munculnya nama Balai Pustaka sebagai nama angkatan dalam
kesustraan Indonesia tidak terlepas dari sejarah pendirian Komisi Badan Rakyat
(KBR). Pada tanggal 14 September 1908 Komisi Bacaan Rakyat didirikan oleh
Belanda yang diketuai oleh DR.GA.A.J. Hazeu. Tugas Komisi Bacaan Rakyat, yaitu:
(1) menerbitkan cerita rakyat asli dan dongeng yang masih tersebar, (2)
menerbitkan buku terjemahan atau saduran sastra asing yang tidak berbau
politik, (3) menerbitkan karya-karya pengarang bangsa Indonesia, dan (4)
mendirikan perpustakaan sekolah diseluruh pelosok tanah air.
Beririnya
Komisi Bacaan Rakyat bertujuan untuk membendung kesadaran nasional. Komisi
Bacaan Rakyat berubah menjadi kantor Bacaan Rakyat atau Balai Pustaka pada
tahun 1917. Hal ini disebabkan karena KBR belum bias menerbitkan buku tetapi
hanya mencetak saja. Selain berdampak positif juga membawa dampak negatif,
yaitu Belanda membuat Nota Rinkes. Nota Rinkes ini berisi “ semua karya sastra
harus netral terhadap agama, politik, dan bersifat mendidik. Balai Pustaka
diketuai oleh Dr. D.A. Rinkes yang selanjutnya oleh Dr. G.W.J. Drewes, dan Dr.
K.A. Hiding dari Belanda.
Tugas
Balai Pustaka: (1) menerbitkan majalah
secara berkala (Sari Pustaka, Panji Pustaka, Kejawen dan Parahiyangan) dan (2) mengelola
penerbitan buku-buku yang sesuai dengan Nota Rinkes, yaitu setiap naska atau
karangan harus mengandung pendidikan budi pekerti, setiap naska atau karangan
tidak mengandung unsur politik, setiap naska atau karangan harus netral
terhadap semua agama.
Berdirinya
Balai Pustaka memberikan kesempatan dan kemungkinan kepada rakyat Indonesia
untuk berkarya. Para pengarang tersebut sekaligus menjadi pelopor angkatan
Balai Pustaka, antara lain: Nur Sultan Iskandar, Abdul Muis, Marah Rusli, dan
Merari Siregar.
B. Karakteristik
1. Semangat
nasionalisme sudah mulai menggelora. Dalam karya sastra sudah mengangkat unsure
nasionalisme.
2. Tema
yang diangkat lebih beragam daripada angkatan Balai Pustaka.
3. Bentuknya
sudah lebih luas karena merasa sudah tidak terikat oleh adanya nota rinkes dan
pengarang bebas mengungkapkan idea tau gagasannya.
4. Bahasa
yang digunakan bahasa Indonesia yang berkembang dimasyarakat.
5. Karya
sastra yang dihasilkan bersifat romantisme, terutama dalam bentuk puisi.
6. Angkatan
Pujangga Baru dipengaruhi oleh angkatan ’80 karena pada saat itu Indonesia
dijajah oleh Belanda. Pengaruh yang diserap oleh Pujangga Baru adalah aliran romantik
dalam puisi.
C. Para Pengarang dan Hasil Karyanya
Periode 30-an ini atau angkatan Pujangga
Baru telah dirintis oleh angkatan pra Pujangga Baru. Dirintis oleh Moh. Yamin,
Sanusi Pane, dan Rustam Effendi, kemudian dilanjutkan oleh Sutan Takdir
Alisyahbana, Amryn Pane, Y.E. Tatengkeng, dan Sanusi Pane. Berikut ini akan
diuraikan para pengarang dan hasil karyanya.
1. Mohammad
Yamin
·
Bandi Mataram (puisi)
·
Indonesia Tumpah Darahku (puisi)
·
Ken Arok (drama)
·
Gajah Mada (biografi)
2. Rustam
Efendi
·
Bebasari (drama bersajak)
·
Percikan Permenenungan (kumpulan puisi)
·
Air Mata Seni (roman)
3. Sanusi
Pane
·
Pancaran Cinta (prosa)
·
Puspa Mega (puisi)
·
Erlangga (drama)
·
Bungga Rampai dari Hikayat Lama
(hikayat)
4. Sutan
Takdir Alisyahbana
·
Tak Putus Dirundung Malang (roman)
·
Tebaran Mega (kumpulan puisi)
·
Puisi Indonesia Zaman Baru (essay)
5. Armyn
Pane
·
Belenggu (roman)
·
Jiwa Berjiwa (drama)
·
Sanjak-sanjak Muda dari Mohammad Yamin (puisi)
·
Habis Gelap Terbitlah Terang (terjemahan
dari kumpulan-kumpulan surat-surat R.A. Kartini)
6. Y.E.
Tatengkeng
·
Rindu Dendam (kumpulan puisi)
7. Amir
Hamzah
·
Buah Rindu (puisi)
·
Hang tuah (saduran)
·
Sastra Melayu Lama dengan tokoh-tokohnya
(essay)
8. Asmara
Hadi
·
Hidup Baru (sanjak)
9. Hamidah
·
Kehidupan Mestika (autobiografi)
10. Selasih
·
Kalau Tak Untung (cerpen)
11. Rivai
Ali
·
Kata Hati
12. A.
Hasjimy
·
Kisah Seorang Pengembara (kumpulan
sanjak)
13. I
Gusti Nyoman Panji Tisna
·
Ni Rawit, Ceti Penjual Orang
14. Aoh Kartahadimaja
·
Dibawah Kaki Kebesaran-Mu
15. G.S. Lalanang
·
Bunga Jelita
16. M.I. Nasution
·
Bukan Toidak Saja Katakan (sanjak)
Sastra diluar Pujangga Baru
Sastra di luar Pujangga Baru ini
umumnya berupa cerita seri cerita-cerita roman yang diterbitkan di kota-kota
besar, seperti Semarang, Padang, Solo dan Surabaya. Roman picisan adalah roman
yang dipandang dari sudut sastra mempunyai nilai rendah.
Dr. R. Roolvink menulis tentang roman
picisan Bahasa Indonesia yang dimuat ddalam lampiran Pokok dan Tokoh
Kesusastraan Indonesia baru karangan Prof. dr. A. Teeuw adalah sebagai berikut.
1) Penerbitan
roman picisan umumnya bersifat perdagangan dan tidak cocok dengan kenyataan
hidup.
2) Lukisan
watak tokohnya kurang mendalam dan tidak cocok dengan kenyataan hidup.
3) Isi
cerita berupa pertentangan antara budaya modern dan budaya lama.
4) Komposisi
cerita kurang terpelihara.
5) Seakan-akan
hanya menampilkan dua sifat tokoh, yaitu baik dan buruk saja.
Para
pengarang sastra diluar Pujangga Baru, antara lain:
1. Matu
Mona (nama samaran Hasbullah Parinduri)
·
Harta Yang terpendam
2. A.
Damhudi
·
Mayapada
3. Yusuf
Sou’ib
·
Elang Emas (terdiri dari beberapa jilid)
4. Imam
Supardi
·
Kintamani (berura roman)
5. Hamka
·
Dibawah Lindungan Ka’bah
·
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
Analisis
Puisi “Anakku” karya J.E Tengkeng
Anakku
Karya : JE. Tatengkeng
Engkau datang menghintai hidup
Engkau datang menunjukkan muka
Tapi sekejap matamu kau tutup,
Melihat terang anaknda tak suka.
Mulut kecil tiada kau buka,
Tangis teriakmu tak kan diperdengarkan
Alamat hidup wartakan suka,
Kau diam, anakku, kami kau tinggalkan.
Sedikitpun matamu tak mengerling,
Memandang ibumu sakit berguling
Air matamu tak bercucuran,
Tinggalkan ibumu tak berpenghiburan
Karya : JE. Tatengkeng
Engkau datang menghintai hidup
Engkau datang menunjukkan muka
Tapi sekejap matamu kau tutup,
Melihat terang anaknda tak suka.
Mulut kecil tiada kau buka,
Tangis teriakmu tak kan diperdengarkan
Alamat hidup wartakan suka,
Kau diam, anakku, kami kau tinggalkan.
Sedikitpun matamu tak mengerling,
Memandang ibumu sakit berguling
Air matamu tak bercucuran,
Tinggalkan ibumu tak berpenghiburan
1.
Diksi
Ya, kekasihku. = seseorang yang sangat di cintai yaitu anak
Engkau datang mengintai hidup ,= hanya hidup sebentar
Engkau datang mengintai hidup ,= hanya hidup sebentar
Tapi sekejap matamu kau tutup =
meninggal
2.
Tipografi
Terdiri
dari tiga bait masing- masing bait terdiri dari empat baris
3.
Rima
Bait
pertama bersajak a-b-a-b
Bait
pertama bersajak a-b-a-b
Bait
pertama bersajak a-a-b-b
4.
Nada dan Suasana
Menimbulkan
suasana duka
5.
Tema
Kesedihan
ketika anak nya meninggal
6.
Pencitraan
·
pencitraan menggunakan indra pendengaran
terdapat pada bait ke-1 dan ke- 3
Engkau
datang menghintai hidup
Engkau datang menunjukkan muka
Tapi sekejap matamu kau tutup,
Melihat terang anaknda tak suka.
Engkau datang menunjukkan muka
Tapi sekejap matamu kau tutup,
Melihat terang anaknda tak suka.
Sedikitpun matamu tak mengerling,
Memandang ibumu sakit berguling
Air matamu tak bercucuran,
Tinggalkan ibumu tak berpenghiburan
Memandang ibumu sakit berguling
Air matamu tak bercucuran,
Tinggalkan ibumu tak berpenghiburan
·
pencitraan menggunakan indra pendengaran
terdapat pada bait ke-2
Mulut
kecil tiada kau buka,
Tangis teriakmu tak kan diperdengarkan
Alamat hidup wartakan suka,
Kau diam, anakku, kami kau tinggalkan.
Tangis teriakmu tak kan diperdengarkan
Alamat hidup wartakan suka,
Kau diam, anakku, kami kau tinggalkan.
7.
Majas
Hiperbola: Memandang ibumu sakit berguling
8.
Amanat
Jangan terlalu bersedih kehilangan seseorang karena
segala sesuatu sudah ada yang mengaturnya.
Analisis
Puisi “o Kata”
karya
J.E Tengkeng
Sudah
genap …
O kata
Dua patah,
Yang dikata dengan nyata,
Oleh badan payah patah.
Itu kata
Ada berita,
Terbesar dari sewarta,
Karna oleh kata nyata
Tuhan menang segala titah!
Karna kata,
Aku serta
Oleh Allah diberi harta
Selamat alam semesta
O kata
Dua patah,
Yang dikata dengan nyata,
Oleh badan payah patah.
Itu kata
Ada berita,
Terbesar dari sewarta,
Karna oleh kata nyata
Tuhan menang segala titah!
Karna kata,
Aku serta
Oleh Allah diberi harta
Selamat alam semesta
1.
Diksi
Sudah genap= sudah selesai
Oleh badan payah patah = yang lelah
2.
Tipografi
Tidak berbentuk bait terdiri 14 baris
3.
Rima
Sajak a-b-c-b-c-b-b-b-b-c-b-b-b-b
4.
Nada dan Suasana
Mengingat akan kekuasaan tuhan
5.
Tema
Segala apa yang di miliki manusia adalah titipan dari
tuhan
6.
Pencitraan
Pendengaran: Yang dikata dengan
nyata,
7.
Majas
Hiperbola: Oleh badan payah patah
8.
Amanat
Ingatlah bahwa tuhan yang menciptakan segalanya
Analisis
Puisi “Ku Cari Jawab”
karya
J.E Tengkeng
Di
mata air, di dasar kolam,
Kucari jawab teka-teki 'alam.
Di kawan awan kian kemari,
di situ juga jawabnya kucari.
Di warna bunga yang kembang.
Kubaca jawab, penghilang bimbang,
Kepada gunung penjaga waktu.
kutanya jawab kebenaran tentu,
Pada bintang lahir semula,
Kutangis jawab teka-teki Allah.
Ke dalam hati, jiwa sendiri,
Kuselam jawab! Tiada tercerai
Ya, Allah yang Maha - dalam,
Berikan jawab teka-teki alam.
0, Tuhan yang Maha - tinggi,
Kunanti jawab petang dan pagi'
Hatiku haus 'kan kebenaran,
Berikan jawab di hatiku sekarang ..............
Kucari jawab teka-teki 'alam.
Di kawan awan kian kemari,
di situ juga jawabnya kucari.
Di warna bunga yang kembang.
Kubaca jawab, penghilang bimbang,
Kepada gunung penjaga waktu.
kutanya jawab kebenaran tentu,
Pada bintang lahir semula,
Kutangis jawab teka-teki Allah.
Ke dalam hati, jiwa sendiri,
Kuselam jawab! Tiada tercerai
Ya, Allah yang Maha - dalam,
Berikan jawab teka-teki alam.
0, Tuhan yang Maha - tinggi,
Kunanti jawab petang dan pagi'
Hatiku haus 'kan kebenaran,
Berikan jawab di hatiku sekarang ..............
1.
Diksi
2.
Tipografi
Terdiri dari dua baris setiap barisnya
3.
Rima
Bait ke-1 a-a
Bait ke-2 a-a
Bait ke-3 a-a
Bait ke-4 a-a
Bait ke-5 a-b
Bait ke-6a-a
Bait ke-7 a-a
Bait ke-8 a-a
Bait ke-9 a-b
4.
Nada dan Suasana
Mengingat akan kekuasaan tuhan
5.
Tema
ketuhanan
6.
Pencitraan
pencitraan menggunakan
indra pendengaran terdapat pada bait 3
Di
warna bunga yang kembang.
Kubaca jawab, penghilang bimbang,
Kubaca jawab, penghilang bimbang,
7.
Majas
Personifikasi: Di
kawan awan kian kemari
Kesimpulan dari Hasil Analisis
Dari beberapa karya J.E Tatengkeng yang kami
analisis menunujukkan bahwa karya J.E Tatengkeng sesuai dengan karakteristik
dari angkatan Pujangga Baru bahasa menggunakan bahasa yang tumbuh di masyarakat
yaitu bahasa Indonesia juga tema yang di ambil yaitu ketuhanan yang menjadi
tema baru yang berkembang pad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar