Links

Selasa, 20 November 2012

SASTRA ANGKATAN PUJANGGA BARU


  

A. Latar Belakang Angkatan Pujangga Baru

Indonesia masih dijajah oleh Belanda, sekitar tahun 1919-an Belanda menciptakan politik etis atau politik balas budi yang merupakan kebijakan dari Belanda karena merupakan adanya imbangan tanam paksa. Politik etis dilakukan dengan cara menyediakan anggaran untuk mendirikan sekolah-sekolah golongan kaum Bumi Putra, yaitu golongan para priyayi.
            Menurut Siregar (1946: 46), munculnya nama Balai Pustaka sebagai nama angkatan dalam kesustraan Indonesia tidak terlepas dari sejarah pendirian Komisi Badan Rakyat (KBR). Pada tanggal 14 September 1908 Komisi Bacaan Rakyat didirikan oleh Belanda yang diketuai oleh DR.GA.A.J. Hazeu. Tugas Komisi Bacaan Rakyat, yaitu: (1) menerbitkan cerita rakyat asli dan dongeng yang masih tersebar, (2) menerbitkan buku terjemahan atau saduran sastra asing yang tidak berbau politik, (3) menerbitkan karya-karya pengarang bangsa Indonesia, dan (4) mendirikan perpustakaan sekolah diseluruh pelosok tanah air.
            Beririnya Komisi Bacaan Rakyat bertujuan untuk membendung kesadaran nasional. Komisi Bacaan Rakyat berubah menjadi kantor Bacaan Rakyat atau Balai Pustaka pada tahun 1917. Hal ini disebabkan karena KBR belum bias menerbitkan buku tetapi hanya mencetak saja. Selain berdampak positif juga membawa dampak negatif, yaitu Belanda membuat Nota Rinkes. Nota Rinkes ini berisi “ semua karya sastra harus netral terhadap agama, politik, dan bersifat mendidik. Balai Pustaka diketuai oleh Dr. D.A. Rinkes yang selanjutnya oleh Dr. G.W.J. Drewes, dan Dr. K.A. Hiding dari Belanda.
            Tugas Balai     Pustaka: (1) menerbitkan majalah secara berkala (Sari Pustaka, Panji Pustaka, Kejawen dan Parahiyangan) dan (2) mengelola penerbitan buku-buku yang sesuai dengan Nota Rinkes, yaitu setiap naska atau karangan harus mengandung pendidikan budi pekerti, setiap naska atau karangan tidak mengandung unsur politik, setiap naska atau karangan harus netral terhadap semua agama.
            Berdirinya Balai Pustaka memberikan kesempatan dan kemungkinan kepada rakyat Indonesia untuk berkarya. Para pengarang tersebut sekaligus menjadi pelopor angkatan Balai Pustaka, antara lain: Nur Sultan Iskandar, Abdul Muis, Marah Rusli, dan Merari Siregar.




B.    Karakteristik
1.     Semangat nasionalisme sudah mulai menggelora. Dalam karya sastra sudah mengangkat unsure nasionalisme.
2.     Tema yang diangkat lebih beragam daripada angkatan Balai Pustaka.
3.     Bentuknya sudah lebih luas karena merasa sudah tidak terikat oleh adanya nota rinkes dan pengarang bebas mengungkapkan idea tau gagasannya.
4.     Bahasa yang digunakan bahasa Indonesia yang berkembang dimasyarakat.
5.     Karya sastra yang dihasilkan bersifat romantisme, terutama dalam bentuk puisi.
6.     Angkatan Pujangga Baru dipengaruhi oleh angkatan ’80 karena pada saat itu Indonesia dijajah oleh Belanda. Pengaruh yang diserap oleh Pujangga Baru adalah aliran romantik dalam puisi.

C. Para Pengarang dan Hasil Karyanya
Periode 30-an ini atau angkatan Pujangga Baru telah dirintis oleh angkatan pra Pujangga Baru. Dirintis oleh Moh. Yamin, Sanusi Pane, dan Rustam Effendi, kemudian dilanjutkan oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amryn Pane, Y.E. Tatengkeng, dan Sanusi Pane. Berikut ini akan diuraikan para pengarang dan hasil karyanya.
1.     Mohammad Yamin
·        Bandi Mataram (puisi)
·        Indonesia Tumpah Darahku (puisi)
·        Ken Arok (drama)
·        Gajah Mada (biografi)
2.     Rustam Efendi
·        Bebasari (drama bersajak)
·        Percikan Permenenungan (kumpulan puisi)
·        Air Mata Seni (roman)
3.     Sanusi Pane
·        Pancaran Cinta (prosa)
·        Puspa Mega (puisi)
·        Erlangga (drama)
·        Bungga Rampai dari Hikayat Lama (hikayat)
4.     Sutan Takdir Alisyahbana
·        Tak Putus Dirundung Malang (roman)
·        Tebaran Mega (kumpulan puisi)
·        Puisi Indonesia Zaman Baru (essay)
5.     Armyn Pane
·        Belenggu (roman)
·        Jiwa Berjiwa (drama)
·        Sanjak-sanjak Muda dari  Mohammad Yamin (puisi)
·        Habis Gelap Terbitlah Terang (terjemahan dari kumpulan-kumpulan surat-surat R.A. Kartini)
6.     Y.E. Tatengkeng
·        Rindu Dendam (kumpulan puisi)
7.     Amir Hamzah
·        Buah Rindu (puisi)
·        Hang tuah (saduran)
·        Sastra Melayu Lama dengan tokoh-tokohnya (essay)
8.     Asmara Hadi
·        Hidup Baru (sanjak)
9.     Hamidah
·        Kehidupan Mestika (autobiografi)
10.   Selasih
·        Kalau Tak Untung (cerpen)
11.   Rivai Ali
·        Kata Hati
12.   A. Hasjimy
·        Kisah Seorang Pengembara (kumpulan sanjak)
13.   I Gusti Nyoman Panji Tisna
·        Ni Rawit, Ceti Penjual Orang
14.    Aoh Kartahadimaja
·        Dibawah Kaki Kebesaran-Mu
15.    G.S. Lalanang
·        Bunga Jelita
16.    M.I. Nasution
·        Bukan Toidak Saja Katakan (sanjak)

Sastra diluar Pujangga Baru
          Sastra di luar Pujangga Baru ini umumnya berupa cerita seri cerita-cerita roman yang diterbitkan di kota-kota besar, seperti Semarang, Padang, Solo dan Surabaya. Roman picisan adalah roman yang dipandang dari sudut sastra mempunyai nilai rendah.
          Dr. R. Roolvink menulis tentang roman picisan Bahasa Indonesia yang dimuat ddalam lampiran Pokok dan Tokoh Kesusastraan Indonesia baru karangan Prof. dr. A. Teeuw adalah sebagai berikut.
1)  Penerbitan roman picisan umumnya bersifat perdagangan dan tidak cocok dengan kenyataan hidup.
2)  Lukisan watak tokohnya kurang mendalam dan tidak cocok dengan kenyataan hidup.
3)  Isi cerita berupa pertentangan antara budaya modern dan budaya lama.
4)  Komposisi cerita kurang terpelihara.
5)  Seakan-akan hanya menampilkan dua sifat tokoh, yaitu baik dan buruk saja.
Para pengarang sastra diluar Pujangga Baru, antara lain:
1.     Matu Mona (nama samaran Hasbullah Parinduri)
·        Harta Yang terpendam
2.     A. Damhudi
·        Mayapada
3.     Yusuf Sou’ib
·        Elang Emas (terdiri dari beberapa jilid)
4.     Imam Supardi
·        Kintamani (berura roman)
5.     Hamka
·        Dibawah Lindungan Ka’bah
·        Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk



Analisis Puisi “Anakku” karya J.E Tengkeng
Anakku
Karya : JE. Tatengkeng

Engkau datang menghintai hidup
Engkau datang menunjukkan muka
Tapi sekejap matamu kau tutup,
Melihat terang anaknda tak suka.

Mulut kecil tiada kau buka,
Tangis teriakmu tak kan diperdengarkan
Alamat hidup wartakan suka,
Kau diam, anakku, kami kau tinggalkan.

Sedikitpun matamu tak mengerling,
Memandang ibumu sakit berguling
Air matamu tak bercucuran,
Tinggalkan ibumu tak berpenghiburan
1.      Diksi
Ya, kekasihku.                               = seseorang yang sangat di cintai yaitu anak
Engkau datang mengintai hidup ,= hanya hidup sebentar
Tapi sekejap matamu kau tutup    = meninggal

2.      Tipografi
Terdiri dari tiga bait masing- masing bait terdiri dari empat baris
3.      Rima
Bait pertama bersajak a-b-a-b
Bait pertama bersajak a-b-a-b
Bait pertama bersajak a-a-b-b
4.      Nada dan Suasana
Menimbulkan suasana duka
5.      Tema
Kesedihan ketika anak nya meninggal
6.      Pencitraan
·         pencitraan menggunakan indra pendengaran terdapat pada bait ke-1 dan ke- 3
Engkau datang menghintai hidup
Engkau datang menunjukkan muka
Tapi sekejap matamu kau tutup,
Melihat terang anaknda tak suka
.
Sedikitpun matamu tak mengerling,
Memandang ibumu sakit berguling
Air matamu tak bercucuran,
Tinggalkan ibumu tak berpenghiburan
·         pencitraan menggunakan indra pendengaran terdapat pada bait ke-2
Mulut kecil tiada kau buka,
Tangis teriakmu tak kan diperdengarkan
Alamat hidup wartakan suka,
Kau diam, anakku, kami kau tinggalkan
.


7.      Majas
Hiperbola: Memandang ibumu sakit berguling
8.      Amanat
Jangan terlalu bersedih kehilangan seseorang karena segala sesuatu sudah ada yang mengaturnya.


























Analisis Puisi “o Katakarya J.E Tengkeng
Sudah genap …
O kata
Dua patah,
Yang dikata dengan nyata,
Oleh badan payah patah.
Itu kata
Ada berita,
Terbesar dari sewarta,
Karna oleh kata nyata
Tuhan menang segala titah!
Karna kata,
Aku serta
Oleh Allah diberi harta
Selamat alam semesta

1.      Diksi
Sudah genap= sudah selesai
Oleh badan payah patah = yang lelah



2.      Tipografi
Tidak berbentuk bait terdiri 14 baris

3.      Rima
Sajak a-b-c-b-c-b-b-b-b-c-b-b-b-b
4.      Nada dan Suasana
Mengingat akan kekuasaan tuhan
5.      Tema
Segala apa yang di miliki manusia adalah titipan dari tuhan
6.      Pencitraan
Pendengaran: Yang dikata dengan nyata,
7.      Majas
Hiperbola: Oleh badan payah patah
8.      Amanat
Ingatlah bahwa tuhan yang menciptakan segalanya




Analisis Puisi “Ku Cari Jawabkarya J.E Tengkeng
Di mata air, di dasar kolam,
Kucari jawab teka-teki 'alam.

Di kawan awan kian kemari,
di situ juga jawabnya kucari.

Di warna bunga yang kembang.
Kubaca jawab, penghilang bimbang,

Kepada gunung penjaga waktu.
kutanya jawab kebenaran tentu,

Pada bintang lahir semula,
Kutangis jawab teka-teki Allah.

Ke dalam hati, jiwa sendiri,
Kuselam jawab! Tiada tercerai

Ya, Allah yang Maha - dalam,
Berikan jawab teka-teki alam.

0, Tuhan yang Maha - tinggi,
Kunanti jawab petang dan pagi'

Hatiku haus 'kan kebenaran,
Berikan jawab di hatiku sekarang ..............

1.      Diksi
2.      Tipografi
Terdiri dari dua baris setiap barisnya
3.      Rima
Bait ke-1 a-a
Bait ke-2 a-a
Bait ke-3 a-a
Bait ke-4 a-a
Bait ke-5 a-b
Bait ke-6a-a
Bait ke-7 a-a
Bait ke-8 a-a
Bait ke-9 a-b


4.      Nada dan Suasana
Mengingat akan kekuasaan tuhan
5.      Tema
ketuhanan
6.      Pencitraan
pencitraan menggunakan indra pendengaran terdapat pada bait 3
Di warna bunga yang kembang.
Kubaca jawab, penghilang bimbang,

7.      Majas
Personifikasi: Di kawan awan kian kemari

Kesimpulan dari Hasil Analisis
Dari beberapa karya J.E Tatengkeng yang kami analisis menunujukkan bahwa karya J.E Tatengkeng sesuai dengan karakteristik dari angkatan Pujangga Baru bahasa menggunakan bahasa yang tumbuh di masyarakat yaitu bahasa Indonesia juga tema yang di ambil yaitu ketuhanan yang menjadi tema baru yang berkembang pad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar